Cileungsi | Jurnal Bogor
Setelah kepala desa yang mengeluh dana Bagi Hasil Pajak Retribusi Daerah (BHPRD), kini tenaga pendidik yang mulai mengeluh karena anggaran sertifikasi guru tahap 1 tak kunjung cair. Hal tersebut disampaikan Aman Suparman, guru PKN di SMK AL Hadiid 1 yang mengeluh karena dana sertifikasinya tak kunjung cair padahal sudah memasuki bulan 6.
” Anggaran sertifikasi guru turunnya biasanya per triwulan, awal bulan April biasanya sudah turun untuk tahap 1, dan tahap 2-nya seharusnya turun pada bulan Juli. Namun, sampai saat ini untuk tahap pertama saja belum ada kejelasan kapan akan turun, walaupun sebagian guru sudah ada yang mendapatkan dana sertifikasi tersebut,” ungkap Aman kepada Jurnal Bogor, Selasa 13/6/23).
Menurutnya, sebagai guru swasta yang sudah mengabdi selama 17 tahun dalam dunia pendidikan, anggaran sertifikasi itu sangat membantunya untuk kehidupan sehari-hari , karena jika hanya mengandalkan gaji per jam sudah pasti tidak menutupi kebutuhan dapurnya.
“Saya berharap anggaran sertifikasi ini bisa diturunkan seperti sedia kala yakni 4 kali dalam setahun, memang jika turun sekaligus 2 tahap jumlahnya lumayan, tapi kami sendiri bingung untuk menutup kebutuhan sehari-hari yang tidak bisa menunggu nanti,” cetusnya.
Sementara Ketua LSM Balebat 10 Drajat Sudarjat mengatakan, sebagai LSM pemantau kinerja pemerintah dan peneliti aset negara, yang menyoroti anggaran bidang pendidikan terutama untuk kesejahteraan guru, menyayangkan dimana tunjangan sertifikasi guru dan kepala sekolah banyak yang belum cair tidak seperti biasanya, terutama di Kabupaten Bogor banyak para guru dan kepala sekolah yang belum menerima haknya.
“Seharusnya periode Januari – Maret sudah cair di bulan April, namun sampai menginjak bulan Juni belum juga ada pencairan anggaran sertifikasi, yang seharusnya jika menurut aturan sudah masuk pencairan tahap 2 yakni bulan Mei- Juni. Namun jangankan tahap 2, tahap 1 pun belum ada pencairan, entah apa yang menjadi kendala,” papar Drajat
Drajat menambahkan, sudah seharusnya guru mendapat prioritas sebagai tenaga pendidik anak-anak bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempersiapkan generasi kedepan. Tapi yang ada kini justeru kesejahteraan guru bisa dibilang telantar.
“Mohon kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib guru, agar mereka lebih fokus konsentrasi dalam membina anak-anak bangsa. Sehingga konsentrasinya tidak buyar karena harus memikirkan jalan lain untuk menutupi kebutuhannya,” pungkasnya penuh harap.
** Nay Nur’ainÂ