Leuwiliang | Jurnal Bogor
Korban terdampak bencana banjir bandang yang menerjang wilayah Desa Purasari, Leuwiliang, Kabupaten Bogor yang terjadi pada tahun 2022 lalu, harus berpindah-pindah tempat tinggal.
“Sampai kapan saya harus begini, usaha jadi serabutan karena harus pindah-pindah kontrakan, sudah 3 kali selama ini, kasihan dong anak dan istri saya,” ungkap Sanusi kepada wartawan, kemarin.
Menurut pengakuannya, keluarganya pascabanjir bandang 2022 lalu, sudah tiga kali berpindah kontrakan.
Dirinya sebagai kepala keluarga hanga bekerja serabutan dengan penghasilan minim demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Disana kita punya usaha warung dan jual beli motor, semuanya terbawa arus air bercampur lumpur habis semuanya, sekarang ngontrak mau gimana saya,” katanya.
Sanusi mempertanyakan kepastian dari Pemkab Bogor kapan pembangunan Huntap bagi korban bencana di wilayah tersebut.
“Sudah gitu harus ngontrak jadi tanpa kepastian, tolonglah kami ini korban yang butuh kepastian, biar kami bisa hidup layak seperti awal,” katanya.
Sanusi berharap, Pemkab Bogor memberi kepastian kepada masyarakat korban terdampak bencana di Deda Purasari kapan pembangunan Huntap tersebut direalisasikan.
“Huntap ini satu-satunya harapan saya sebagai kepala keluarga, agar anak dan istri saya bisa hidup dengan tenang. Anak saya juga butuh untuk belajar, ketika harus pindah-pindah kontrakan kapan dia bisa menjadi anak yang cerdas, kalau seperti ini terus,” katanya dengan nada sedih.
Senada dengan Sanusi, korban terdampak bencana lainnha, Sukron menyatakan dengan adanya Huntap berharap kehidupannya dapat berjalan normal.
“Tapi sampai kapan kami harus menunggu lagi ?, Kapan Huntap dibangun ?.Kami butuh kepastian itu,” katanya dengan nada bingung.
** Andres