Home News IPSM Leuwisadeng Tawarkan Bantuan kepada Keluarga Shalma

IPSM Leuwisadeng Tawarkan Bantuan kepada Keluarga Shalma

Leuwisadeng | Jurnal Bogor 

Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM)  Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor menyatakan telah memberikan offering help atau menawarkan bantuan kepada keluarga Shalma, bayi berusia empat bulan yang didiagnosis hidrosefalus.

“Begitu saya dengar, saya sudah mengupayakan dan sempat  menawarkan jasa serta asesmen, kita laporkan juga kepada pihak dinas dan kecamatan,” kata Pendamping Disabilitas Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor Titin saat dihubungi Jurnal Bogor, Rabu (22/2).

Titin mengaku, pihaknya telah berupaya mengalihkan BPJS dari Mandiri ke PBI yang saat ini masih dalam proses. 

“BPJS-nya saat ini masih proses dari awal kita dampingi buatkan BPJS, sebab anaknya itu mengalami hidrosefalus akhirnya kita sarankan untuk bayi tersebut dimasukan ke kartu keluarga (KK) karena pembiayaan itu tidak sedikit,” ucap Titin. 

Titin mengaku prihatin dan siap membantu jika pihak keluarga meminta bantuan.

“Intinya kami dan rekan-rekan IPSM siap membantu jika pihak keluarga meminta bantuan ke kita. Kita sempat tawarkan dalam pendampingan namun pihak keluarga menolak pada saat itu,” paparnya.

Dengan begitu, pihaknya lepas tanggung jawab dengan alasan pihak keluarga menolak tawaran tersebut.

“Jadi kita lepas tanggung jawab karena mungkin mereka merasa bisa sendiri, namun saat ini kami belum sempat nengok kembali. Saya juga sering nanya kepada keluarga dengan jawaban mereka baik-baik aja gitu,” cetusnya.

Sebelumnya diberitakan, bayi perempuan anak kedua dari pasangan Siti Istianah (28) dan Burhanuddin, warga Kampung  Babakan Sirna RT 02 RW 01 Desa Sadeng, Leuwisadeng, Kabupaten Bogor tengah berjuang untuk kesembuhannya. 

Siti Istianah mengatakan, Shalma yang baru berusia empat bulan ini harus rutin ke rumah sakit untuk pengecekan kondisi sang anak dengan biaya yang tidak sedikit.

“Ini harus rutin seminggu sekali ke rumah sakit. Dalam sekali periksa harus ada uang 500.000. Karena keterbatasan biaya dilakukan sebulan sekali,” kata Siti Istianah di kediamannya kepada wartawan, Selasa (21/02).

Dia menjelaskan, awalnya Shalma lahir dengan normal, namun di usia 7 hari anaknya mengalami kejang-kejang tanpa demam dan menguning. Berselang tak lama sekitar diusia 20 hari Shalma memiliki benjolan di ubun-ubun kepalanya.

“Waktu itu sudah kepikiran tapi masih berpikir positif gitu, makin kesini kok kepalanya makin membesar. Baru kami rujuk ke dokter anak dan didiagnosa hidrosefalus oleh dokter,” katanya.

Di umur 2 bulan, Shalma sempat dioperasi, tetapi  perjuangannya belum selesai. Masih ada lagi rangkaian pengobatan yang harus dijalani Shalma untuk operasi semua kebutuhan  mencapai Rp80 juta.

Saat ini pihak keluarga mengaku belum melaporkan kondisi Shalma kepada pemerintah desa setempat.

“Mudah-mudahan para dermawan dan pemerintah bisa membantu dari segi apapun, karena untuk ngumpulin uang 80 juta, sehari penghasilan suami hanya 100.000 itu pun kotor dan kerjanya nggak ful,” pungkasnya.

** Andres

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version