Gunung Putri | Jurnal Bogor
Kunjungan industri yang dikhususkan untuk kelas 11 SMKN 1 Gunung Putri menuai pro dan kontra di kalangan orang tua siswa. Pasalnya kunjungan industri yang menjadi program SMKN 1 Gunung Putri diadakan terkesan mendadak dan minim perencanaan.
Seperti hal yang disampaikan oleh salah satu wali siswa Ida Mulya yang hadir saat rapat komite tersebut mengatakan, dia menanggapi hasil rapat tersebut cukup dinamis dalam rangka membahas kunjungan industri.
“Kenapa saya bilang dinamis karena memang ketika dibukanya sesi tanya jawab banyak orang tua yang menyampaikan pertanyaan-pertanyaan seputar kunjungan industri ini, banyaknya pertanyaan dari orang tua ini menandakan pihak sekolah atau dalam hal ini adalah komite tidak siap untuk melaksanakan kunjungan industri ini,” papar Ida Mulya kepada Jurnal Bogor, Selasa (18/10).
Apa buktinya tidak siap, sambung dia, yang pertama undangan untuk mengadakan rapat tersebut diedarkan secara mendadak, yaitu satu hari menjelang pelaksanaan baru dikirimkan atau disampaikan kepada orang tua, yang kedua, tujuan dari kunjungan industri itu ke perusahaan-perusahaan ternyata belum jelas kemana perusahaan yang akan dituju. Bahkan, pihak travel ketika mempresentasikan hanya menyampaikan pengalaman tahun lalu, bukan yang akan direncanakan saat ini kemana tujuannya.
“Harusnya itu langsung dipaparkan, misalnya jurusan elektro mau ke perusahaan apa?, jurusan RPL mau kunjungan ke PT mana?, jurusan kimia mau ke PT yang mana?, jadi seperti itu. Nah, sampai dengan rapat terakhir pihak komite itu hanya menggantung jawaban,” cetusnya.
Dan yang menjadi kekecewaan dirinya dan yang lain adalah tidak adanya kesempatan atau opsi yang diberikan kepada orang tua untuk memilih tujuan atau paket yang lain di luar paket tour yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah. Saat itu, sambung ia, pihak travel menyampaikan ada tiga jenis paket tour dan angkanya. Paket 1 biayanya Rp2,7 pada akhirnya turun sampai ke 2.6, paket 2 sekitar 3 juta, dan paket 3 dengan angka diatas 3 juta.
” Artinya kami tidak diberikan pilihan tujuan yang sesuai dengan kondisi keuangan, dalam arti sudah ditetapkan. Tidak diberikan pilihan opsi diluar yang ditetapkan, Misalnya, masih di seputar Jawa Barat jadi biaya pun masih terjangkau,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, ketika memang benar-benar berangkat dalam rangka kunjungan industri, kunjungan industrinya harus tepat manfaat untuk anak-anak dan tidak memberatkan bagi orang tua, makanya kami berharap kunjungan industri ini benar-benar penuh dengan pengetahuan dan pengalaman untuk anak-anak bukan hanya sekedar jalan-jalan apalagi jalan-jalan untuk para guru.
“Itu yang kami sangat jaga semoga memang niat baik dalam rangka kunjungan industri ini untuk menambah pengalaman anak-anak, baik untuk ke industri maupun ke tempat-tempat yang lain tidak hanya untuk sekedar jalan-jalan,”pungkasnya.
Ditempat yang sama, Kepala Sekolah SMKN 1 Gunung Putri Juniartini mengatakan kunjungan industri ini untuk pionir sekolah-sekolah yang lainnya, mengingat di Kabupaten Bogor itu ada 369 sekolah dan sekolah negeri hanya 11. Tujuannya, supaya anak-anak betul paham sebelum terjun di lapangan kerja.
“Paham apa itu perusahaan?. Hingga anak tahu dulu tentang perusahaannya. Serta membuka wawasan pabrik itu seperti apa?, kerjanya seperti apa?, kemudian anak juga wawasannya terbuka, dan berani untuk keluar dari Gunung Putri. Sehingga pada saat PKL, siap ditempatkan di manapun. Begitu juga memberikan pemahaman kepada orang tua,” ujarnya.
” Selama inikan budaya di Gunung Putri yang saya tahu itu, PKL harus sekitar Gunung Putri, dibawa jauh aja ke Sentul orang tuanya langsung protes dan anak menolak. Maka dari itu, kunjungan industri ini dalam rangka membuka wawasan, jadi wawasan lebih terbuka lagi juga mengedukasi orang tua bahwa anak itu harus apa agar berani keluar wilayah,” paparnya.
Jika ini tidak dimulai, sambung dia, bagaimana dengan program sekolah yang ingin menerbangkan 120 anak ke Jepang, dan sekarang lagi program diklat. Sementara anak tidak dibekali pengalaman keluar dari Gunung Putri, maka dari itu dicoba untuk membuka wawasan terbiasa berangkat jauh dan terbiasa jauh dari orang tua.
“Memang secara akademik tidak terlihat saat ini, tapi kunjungan ini bisa memotivasi anak untuk bekerja di tempat ini, bekerja di tempat itu, lebih ke membangun keinginan dalam diri anak,” paparnya.
Senada disampaikan oleh Ketua Komite SMKN 1 Gunung Putri Dimas. Rapat ini adalah rapat komite bukan rapat sekolah, karena yang mengundang itu komite, sekolah hanya memfasilitasi, mengingat kegiatan kunjungan industri ini sudah masuk masuk dalam program.
Saat ditanya soal seruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat agar komite tidak melakukan perkumpulan atau mengumpulkan orang tua siswa, Ketua Komite menyampaikan ini bukan soal biaya.
“Ini ngumpul bukan soal iuran ya, soal rencana kunjungan industri, nanti saya berikan paparan hukumnya,” singkatnya sambil berjalan.
** Nasir / Nay