Nanggung l Jurnal Bogor
Kondisi SDN Hambaro 03 yang berlokasi di Kampung Jeruk RT 04 RW 03, Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang pengerjaannya dinilai asal asalan, ditanggapi pelaksana pembangunan sekolah tersebut.
Pasalnya pasca rehab 4 lokal SDN Hambaro 03, kini sudah tampak kumuh dan rembes, padahal belum lama direhab baru 1 tahun 10 bulan dengan anggaran Rp 758.096.300.
Mulyadi pelaksana proyek SDN Hambaro 03 dari CV Liud Jaya saat dikonfirmasi mengakui proyek sekolah yang dikerjakannya banyak material yang tidak diganti, sehingga bangunan sekolah tersebut sebagian masih menggunakan material lama.
Dia tak mengelak, dari 4 lokal SDN Hambaro 03, seperti pengerjaan 2 lokal itu memang betul bangunan lama seperti bangunan dinding dan keramik gak diganti.
“Betul yang dua lokal, dinding berikut keramik enggak diganti.” kata Mulyadi dengan nada terbata bata kepada Jurnal Bogor, Selasa (13/9).
Yadi berkilah penggunaan material lama itu karena namanya rehabilitasi. “Kan namanya juga rehabilitasi aja,” kata dia.
Sedangkan yang dua lokal pada bangunan pengedakan, kedua muka dinding depan diganti baru, tetapi dinding belakang masih menggunakan bangunan lama.
“Kedua lokal yang didak itu, rencana pembangunan sekolah gedung bertingkat.” kata Yadi.
Ketika ditanya dengan anggaran Rp 758.096.300 apakah berikut rehabilitasi toilet yang sudah lama tak befungsi karena rusak berat, diakuinya dari sekian anggaran untuk rehabilitasi 4 lokal di SDN Hambaro, itu tidak termasuk pengerjaan toilet.
Pantauan Jurnal Bogor saat di lokasi sekolah yang berusia 1 tahun 10 bulan, terlihat kumuh seperti bangunan tua dimana dinding tembok retak -retak dan ada rembesan air dari atas bangunan yang kerap membanjiri ruangan sekolah. “Saya akan cek dulu,” kata Yadi.
Sebelumnya disebutkan,, salah satu guru pengajar di SDN Hambaro 03 Erna mengaku kecewa sekolah yang baru selesai dibangun, tetapi baginya kurang memberikan kenyamanan karena bangunan sekolah itu kurang maksimal.
“Dengan anggaran segitu, bangunan SDN Hambaro kurang maksimal,” ujarnya kepada Jurnal Bogor, Senin (12/9).
Warga sekitar Sunandar yang mengikuti perkembangan saat pembangunan mengatakan, dari 4 lokal berikut kantor, 3 ruang belajar dimana pada waktu pengerjaan berlangsung yang dua lokal itu kondisi bangunan lama, itu hanya diganti balokan, atap genteng dan rangka baja ringan. Berikut penggantian material pintu, jendela sekolah dengan menggunakan alumunium.
“Termasuk pergantian plafon, dua lokal bangunan sekolah SDN Hambaro 03 kami menilai hanya 25 persen yang diganti menggunakan material baru.
“Ada 2 lokal SDN Hambaro 03 sekitar 25 persen yang diganti, karena badan ruangan masih menggunakan bangunan lama, maka material baru yang digunakan untuk membangun dua lokal itu sekitar 25 persen,” beber Sunandar
Sedangkan dua lokalnya lagi, kata Sunandar muka bangunan depan yang diganti bangunan baru, termasuk pintu dan jendela diganti semua. “Namun bangunan samping belakang gak ganti semua.”
“Seharusnya SDN Hambaro 03 itu direhabilitasi semua karena bangunan lama itu, sudah pada retak -retak. Ditambah, lantai bawah tidak direhabilitasi namun hanya tambal sulam menggunakan keramik yang sudah lama menempel,” jelasnya.
Sunandar menyebut, kedua bangunan sering rembes hingga kerap membanjiri sekolah. ” Datangnya genangan air itu bukan hanya dari atas saja, termasuk saluran air yang masuk tepatnya disamping sekolah menghiasi kumuhya bangunan sekolah yang baru dibangun itu
“Menelan Rp Rp 758.096.300 kami menilai bangunan SDN Hambaro 03 terkesan amburadul, karena tidak sesuai anggaran. tukasnya.
Kondisini menambah sengkarut masalah sarana pendidikan di Kecamatan Nanggung.
Informasi yang diperoleh Jurnal Bogor, kerusakan gedung SDN di wilayah Kecamatan Nanggung cukup banyak diantaranya SDN Parakanmucang 01 Desa Parakannuncang, SDN Parigi Desa Cisarua, SDN Ciketug Desa Pangkaljaya, SDN Pabangbon Desa Malasari, SDN Malasari 04 Desa Malasari, toilet siswa dan guru di SDN Pasireurih Desa dan toilet siswa di SDN Pasirpeuteuy Desa Nanggung, serta kurangnya ruang belajar di SDN Sidamulya Desa Cisarua.
**Arip Ekon