Pekanbaru | Jurnal Bogor
Petani pekebun sawit Desa Kijang Makmur Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau , Wahyu Imam Saputra menyampaikan pesan agar Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Dinas dan Kementerian Pertanian selalu bersinergi untuk terus mengembangkan SDM Petani pekebun sawit secara berkesinambungan dan merata.
” Walau bagaimanapun pohon sawit adalah tonggak sejarah jadi kami mohon ini menjadi catatan, kami ingin petani sawit juga mendapatkan perhatian. Dan pelatihan lebih merata diberikan kepada seluruh petani, ” pesan Wahyu, Sabtu (27/8).
Wahyu didaulat mewakili peserta menyampaikan kesan dan pesan dalam penutupan Pelatihan Manajemen Administrasi dan Keuangan, yang digelar bersama oleh BPDPKS dan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Kementerian Pertanian, di Pekanbaru Riau 23 – 27 Agustus 2022 diikuti 58 petani.
Ia mengaku ilmunya bertambah setelah mengikuti materi – materi pelatihan yang diberikan.
“ Kami merasa ilmu kami nambah, kalau diibaratkan motor tadinya 50cc, 70 cc menjadi 120cc bahkan 250cc, ” ungkap Wahyu.
Lebih jauh disampaikan setelah mengikuti pelatihan Ia menjadi lebih mencintai pekerjaannya dan berkomitmen akan bertanggung jawab secara umum untuk bisa memberikan kinerja terbaiknya dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Menurutnya konsep pelatihan, fasilitator yang kompeten baik PPMKP Ciawi Bogor maupun dari Dinas Perkebunan luar biasa, tidak monoton sehingga tidak membosankan.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Bidang Pengembangan Usaha dan Penyuluhan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Sri Ambar Kusumawati menyampaikan pelatihan administrasi dan keuangan bagi petani pekebun sawit sangat penting untuk petani maupun lembaga. Setelah mengikuti pelatihan Ia berharap petani bisa mengelola keuangan dan tidak menggunakannya untuk kebutuhan konsumtif.
” Materi – materi yang disampaikan dipelatihan ini silakan diterapkan/dilakukan di KUD masing – masing. Akan sangat baik untuk kepentingan sendiri maupun lembaga, agar keuangan tidak lagi jebol, ” ujarnya.
Ia berpesan agar petani sawit menjadi contoh bagi petani lainnya. Dan untuk terus meningkatkan ekonomi, petani bisa bertanam secara tumpangsari untuk memanfaatkan waktu tunggu masa panen sawit.
Mengenai sawit Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengutarakan produksi sawit perlu diperhatikan secara serius, mengingat kebutuhan minyak dunia yang semakin meningkat. Mentanpun mendorong percepatan peremajaan sawit (replanting).
“Produktivitasnya tinggal 20-30 persen. Jadi kita harus segera replanting agar kita tidak kehilangan hasilnya,” ujar Mentan Syahrul.
Mengenai hal ini, kata Mentan, Presiden Joko Widodo sudah meminta semua jajaran terkait, termasuk juga pemerintah daerah agar betul-betul membantu petani yang sudah rela memotong sawitnya untuk di-replanting.
Secara terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi menyatakan secara ekonomi, sawit telah berperan sebagai kontributor ekonomi utama wilayah, terutama pada 31 kabupaten dan kota di Indonesia.
** Regi/PPMKP