Gunung Putri | Jurnal Bogor
Desa Bojongkulur resmi ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Direktur Standarisasi Kompetensi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dalam sebuah acara peresmian di desa tersebut pada Sabtu (18/6/2022).
Salah satu potensi wisata yang telah dikembangkan warga Desa Bojongkulur adalah destinasi wisata kuliner di Dermaga 6, Vila Nusa Indah 3 Blok KD, RT.06 RW 36. Destinasi wisata ini berlokasi di tepi Sungai Cikeas.
Bertempat di Dermaga 6 acara peresmian Bojongkulur sebagai Desa Wisata berlangsung. Menandai peresmian itu, Direktur Standarisasi Kompetensi Kemenparekraf Titik Lestari sekaligus juga melakukan launching wisata Susur Sungai Cikeas.
Peresmian ditandai dengan penyerahan dayung kepada pemandu wisata dan pelepasan tali perahu, dilanjutkan dengan kegiatan susur sungai. Susur sungai ini akan menjadi salah satu destinasi wisata andalan Desa Bojongkulur.
Dalam sambutannya, Titik Lestari, mengingatkan kepada para pengelola desa wisata, bahwa
pengembangan desa wisata harus memperhatikan tiga hal. Yakni adaptasi, kolaborasi, dan inovasi.
“Adaptasi terkait dengan potensi yang dimiliki desa wisata, termasuk di dalamnya adalah keunikan yang harus ditonjolkan. Sementara kolaborasi harus dibangun dengan berbagai pihak agar upaya pengembangan desa wisata mendapat dukungan sarana dan prasarana. Adapun inovasi sudah dicontohkan oleh destinasi wisata kuliner di Dermaga6 di mana dapur untuk menyajikan masakan berada di rumah sejumlah warga,” papar Titik Lestari.
Dia berharap pengelola desa wisata dapat memulai pengembangan destinasi wisata berbasis masyarakat dari hal terkecil dulu. Selanjutnya dikembangkan menjadi destinasi yang lebih luas lagi.
“Seperti Dermaga 6 ini pengelola Desa Wisata Bojongkulur diharapkan bukan hanya mengembangkan destinasi wisata kuliner, tetapi harus mampu menjadikan Dermaga 6 sebagai tempat pertemuan dan event lain dalam skala lebih besar,” tambahnya.
Dia berjarap kedepannya apa yang sudah dimulai oleh Desa Wisata Bojongkulur bisa membuka informasi ke khalayak umum, bahwa banyak desa sesungguhnya memiliki potensi untuk mengembangkan destinasi wisata.
“Media massa dapat menggaungkannya, sehingga keberadaan desa wisata menggaung ke tingkat nasional dan internasional,” ujarnya
Menurutnya, saat ini desa wisata menjadi tren kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Agar lebih dikenal, ia menyarankan agar pihak pemerintah maupun swasta diajak bekerjasama.
Kerjasama yang dibangun bisa dalam banyak rupa. Satu di antaranya saat ada kegiatan yang melibatkan banyak peserta, mereka bisa mengarahkan pesertanya berkunjung ke desa wisata. Misalnya ke Desa Wisata Bojongkulur, di mana destinasi wisata yang dikembangkan di sini lebih mengutamakan kelestarian lingkungan hidup,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Reynaldi, menilai pentingnya masyarakat menjadikan sungai sebagai sahabat. Dia juga mengingatkan agar gerakan menjadikan sungai sebagai sahabat masyarakat dapat diikuti oleh semua pemerintah daerah, khususnya yang berdampingan dengan Kabupaten Bogor, seperti Kota Bekasi.
“Saya berharap semangat warga Kabupaten Bogor, termasuk warga Bojongkulur, untuk mulai menjadi sahabat alam agar disambut daerah tetangga. Untuk itu, pemerintah pusat harus turun karena kewenangannya ada di mereka. Jangan sampai negara tetangga tidak mendukung,” ujar Reynaldi.
Menurutnya, dukungan ini dinilai perlu agar dermaga yang telah dikembangkan sebagai destinasi wisata oleh Desa Bojongkulur bisa terus terjaga dan termanfaatkan dengan baik. Sehingga keindahan Sungai Cikeas lebih maksimal terlihat.
“Siapa sebenarnya yang mempunyai kewenangan penuh atas sungai ini? Sehingga dermaga wisata yang dikembangkan ini bisa menjadi pilot project bagi desa lain. Kalau jadi sahabat, sungai tidak akan galak,” kata Reynaldi.
Oleh karena itu, dia mengingatkan pentingnya masyarakat mengubah pola pikir bahwa alam bukan ancaman, namun bisa menjadi sahabat masyarakat.
Senada disampaikan Kepala Desa Bojongkulur, Firman Riansyah, bahwa pengelolaan dan pengembangan desa wisata di desanya mendapat dukungan Dana Desa sebesar Rp100 juta untuk tahun anggaran 2022.
“Saya berharap dalam waktu dekat Bojongkulur sebagai desa wisata mendapat legalitas atau pengesahan Bupati Bogor , Sehingga kami bisa menindaklanjutinya ke tingkat provinsi dan pusat,” ujar Firman kepada Jurnal Bogor Senin (20/06/22).
Menurutnya , dalam pengelolaannya, Desa Wisata Bojongkulur menjadi unit atau anak usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bojongkulur dan di aliran Sungai Cikeas akan dikembangkan spot-spot transit di setiap dermaga wisata yang dibangun. Masing-masing dermaga akan memiliki keunikan masing-masing.
“Masyarakat agar jangan lagi mencaci maki sungai sebagai penyebab bencana seperti banjir. Mari, kita bersyukur kepada Allah. Karena potensi (sungai) yang diberikan Tuhan itu sesungguhnya dapat kita manfaatkan dan kembangkan,” tuturnya.
Melalui pencanangan desa wisata ini, sambungnya, semoga dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang tadinya menganggap sungai sebagai musibah menjadi sungai pembawah berkah ke depan. “Kita harus ubah pola hidup masyarakat dan lingkungan. Desa Bojongkulur harus ramah, bersih, nyaman, sejuk.
Bila wisatawan suka dengan lokasi wisata di desa, maka warga bisa menyediakan homestay nantinya untuk tempat menginap wisatawan. ”Kenyamanan harus disikapi pengelola agar tidak merugikan wisatawan,” ujarnya.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 100 tamu undangan, hadir Kasi Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor serta Camat Gunung Putri, anggota Badan Permusyawaratan Desa Bojongkulur, Ketua Asosiasi Desa Wisata Kabuparen Bogor, Direktur BUMDes BTM, Ketua RW 36, dan Ketua RT.06/RW 36.
** Nay Nur’ain