Ciawi | Jurnal Bogor
Maraknya aduan masyarakat terkait kondisi Jalan Alternatif Veteran III Banjarwaru-Tapos, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, yang setiap akhir pekan kerap terjadi kemacetan parah, ternyata disikapi keras Ketua Umum Jaringan advokasi masyarakat Jangkar Pakuan Pajajaran (JPP), Saleh Nurangga.
Saleh meminta, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dan instansi terkait menyiapkan konsep pelarangan bagi kendaraan besar, seperti bus dan truk yang melintas di ruas jalan alternatif Veteran III Banjarwaru-Tapos tersebut.
“Saya rasa Pemkab Bogor harus ada tindakan berupa pelarangan bagi kendaraan besar melintas di jalur itu. Banyaknya aduan warga yang diterima, JPP akan melayangkan somasi ke Pemkab Bogor,” ungkapnya kepada wartawan.
Persiapan konsep larangan melintas bagi kendaraan besar, kata Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat ini, harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada sejumlah pengusaha wisata yang menggunakan Jalan Banjarwaru-Tapos sebagai akses utama menuju ke lokasi usahanya.
Selain bus besar yang menyebabkan kemacetan, lanjut Saleh, hilir mudiknya truk pengangkut material untuk proyek pembangunan bendungan Sukamahi-Gadog pada malam hari menyebabkan kerusakan jalan.
“Itu kan jalan alternatif, harusnya tidak dilalui kendaraan besar. Dimana letak pengawasan instansi terkait sehingga masyarakat dirugikan,” jelasnya.
Saleh menegaskan, adanya permasalahan ini Pemkab Bogor harus melakukan evaluasi dan pengecekan kembali terkait perizinan sejumlah lokasi wisata, baik yang ada di wilayah Kecamatan Ciawi hingga Kecamatan Caringin, karena diduga masih ada lokasi wisata yang belum lengkap legalitasnya.
“Evaluasi dan pengecekan perizinan itu kewajiban pemerintah melalui dinas terkait, terutama izin analisis dampak lingkungan lalulintas (Amdal Lalin). Terlebih ruas jalan alternatif ini, tidak boleh dilintasi kendaraan besar, seperti truk dan bus,” paparnya.
Tokoh masyarakat Ciawi, Baehaki Wibowo menyatakan, Pemerintah Daerah dan pengusaha tempat wisata harus mencarikan solusi agar kemacetan yang terjadi bisa teratasi. Pasalnya, dampak dari kemacetan, sangat dirasakan oleh masyarakat.
“Jika terus dibiarkan, masyarakat pengguna jalan terganggu. Jadi harus dicarikan solusinya,” pintanya.
Ia menjelaskan, kemacetan di Jalur Alternatif Banjarwaru-Tapos salah satunya disebabkan oleh kendaraan bus dan truk yang lebarnya hampir sama dengan ruas jalan.
Wibowo, mengusulkan pembuatan lokasi parkir khusus kendaraan besar yang akan masuk ke sejumlah lokasi wisata, kemudian menyediakan angkutan khusus dari lokasi parkir kendaraan besar ke tempat-tempat yang dituju.
“Kalau truk pengangkut material untuk proyek pembangunan Bendungan Sukamahi-Gadog, yah tidak boleh melintas karena jalan cepat rusak. Bus wisata, sebaiknya dibuatkan lokasi parkir khusus di sekitar Ciawi atau Gadog,” tukasnya.
** Dede Suhendar