Cigudeg | Jurnal Bogor
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sempat mendapat penghargaan program penuntasan buta aksara tingkat madya beberapa tahun lalu. Pasalnya, itu merupakan bukti kepedulian Pemkab Bogor dalam memberantas buta huruf bagi warga Kabupaten Bogor.
Tetapi sangat miris, wilayah yang berada di pelosok seperti di Kampung Cisarua RT 01 RW 07, Desa Banyuresmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ternyata selain memiliki permasalahan gizi buruk juga masih ada permasalahan pendidikan diantaranya tidak mampu melanjutkan sekolah dan buta huruf. Bahkan, program kejar paket kesetaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)-pun tidak ada.
Terlebih, pada pada bulan April 2022 lalu, Bupati Bogor Ade Yasin baru saja meresmikan program peningkatkan angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) daerah. melalui Dinas Pendidikan yang meluncurkan program Lima Warga Satu guru (Mawarsagu) dan Satgas RLS.
“Iya anak saya tiga, yang terakhir umur 2 tahun yang kemarin meninggal, yang kata dokter karena gizi buruk, yang ke 2 umur 8 tahun masih Sekolah Dasar (SD) yang ke 1 umur 16 tahun sudah tidak sekolah hanya lulus SD,” ungkap Waludin (37) kepada wartawan. Rabu, (27/4/2022).
Waludin mengaku, bahwa dia sendiri merupakan salahsatu warga yang masih buta aksara. Padahal, program tersebut menyasar kepada masyarakat yang belum menamatkan jenjang pendidikan minimal jenjang SMA/SMK maupun sederajat guna menjaring warga belajar dari masyarakat di tingkat RT, RW hingga kecamatan yang bertujuan agar warga yang belum memiliki ijazah baik itu jenjang SD, SMP hingga jenjang SMA atau SMK, sederajat melalui program PKBM.
“Saya tidak tahu kalau ada program-program yang diselenggarakan pemerintah terkait pendidikan maupun kesehatan karena saya sendiri buta huruf. Tapi saya berharap mudah-mudahan kedepan lebih baik lagi,” katanya.
Sebagai informasi, Waludin (37) Warga Desa Cisarua, Kecamatan Cigudeg merupakan ayah yang memiliki 3 orang anak. Satu diantaranya merupakan balita berusia 2 tahun pasien gizi buruk yang dikabarkan meninggal dunia pada, Jumat 22 April 2022 lalu, sebelumnya sempat di rawat selama sembilan hari di RSUD Leuwiliang. Jenazah balita tersebut dibawa pulang pihak keluarga dengan menggunakan kendaraan mobil bak terbuka atau pick up. Yang lebih memperihatinkan keluarga korban yang kurang mampu itu luput dari perhatian Pemerintah desa setempat.
**Andres