JURNAL INSPIRASI – Menyikapi persoalan banyaknya pekerjaan konstruksi jalan dari anggaran Samisade (Satu Miliar Satu Desa) yang digelontorkan Pemerintah Kabupaten Bogor, mendapat sorotan tajam dari seorang pengamat konstruksi, Feri Winjaya yang juga pemilik perusahaan di bidang perencanaan.
Feri menyampaikan, pada dasarnya apa yang sudah diprogramkan Bupati Bogor Ade Yasin sangat baik, pengalokasian dana Samisade jika dilakukan secara terus menerus akan mempercepat laju pembangunan di wilayah Kabupaten Bogor. Hanya saja dalam hal ini ada kurang matang dalam perencanaannya, soal teknis pergelaran dan jenis beton desa masih sangat minim.
Akibatnya, dalam bidang infrastruktur masih ditemukan beton yang retak lebih dari 0,5 cm, mengalami belah, bahkan seperti remuk dan ngelotok atau mengelupas.
“Harusnya dikaji dari awal , apalagi ini angkanya tidak main – main 1 miliar per desa, walaupun bervariasi tergantung pengajuan desa itu sendiri, cuma seharusnya dibuat dulu perencanaannya, titik yang akan dijadikan Samisade. Jika jalan yang baru dibuka harus digelar apa dulu sebelum digelar beton, jika di pok lokasinya kedalam harus seperti apa agar kadar beton tersebut tidak berkurang,” paparnya.
Selain itu, kata Feri, jika melihat kondisi beton di beberapa titik yang bisa tergolong parah, ada yang pakai K 300, K 275 dan minimal K 250. Jenis itu sudah merupakan standar beton yang bagus untuk sekelas jalan desa yang tidak dilewati oleh kendaraan bertonase tinggi, tapi ternyata masih pada retak seperti itu.
“Memang ada beberapa faktor yang menyebabkan beton itu retak, kurangnya perawatan pasca digelar beton, idealnya setelah beton digelar tutup oleh bahan seperti karung goni, untuk menghindari sorotan panas yang berlebihan, dan jangan lupa disiram air maksimal 2 jam sekali disiram air, setelah beton agak kering, untuk menghindari keretakan yang berlebihan,” beber, Ferry saat dia berkunjung ke wilayah Bogor Timur, Selasa (11/10/22).
Lanjutnya, selain itu penyebab retaknya beton juga berpengaruh pada besi yang dipasang, namun ternyata Samisade ini tidak pakai besi. Hal lain juga berpengaruh pada kualitas beton itu sendiri, jika sudah dilakukan perawatan, tapi masih retak, ngelotok, dan mendekati remuk berarti kualitas beton yang digelar tidak bagus.
“Nah ini kan tahun pertama Samisade cair, untuk tahun berikutnya dikaji lebih dalam lagi, pakai tenaga ahli minimal 1 orang untuk mengawasi pekerjaan tersebut. Masukan untuk membayar tenaga ahli tersebut dari anggaran Samisadenya, pekerjaan yang menggunakan konsultan dan tenaga ahli saja masih banyak yang jelek, apalagi tanpa adanya konsultan dan tenaga ahli, paling tidak itu bisa dijadikan kajian kedepannya,” jelasnya.
Jangan sampai, kata Feri, anggaran dan program yang digadang – gadang Bupati Bogor tidak panjang umur, dan baru hitungan bulan sudah rusak apalagi tahun dan mungkin sudah tidak ada jejaknya. “Ini harus jadi perhatian khusus, tenaga ahli kita kan ada pakailah dia khusus untuk program Samisade,” pungkasnya.
** Nay Nur’ain