JURNAL INSPIRASI – Wali Kota Bogor Bima Arya bersama artis Dewi Yull meresmikan nama Jalan RM Tirto Adhi Soerjo di kawasan Tanah Sareal, Kota Bogor, Rabu (10/11). Jalan ini menggantikan nama sebelumnya, yakni Jalan Kesehatan yang berada dekat GOR Pajajaran.
Kehadiran Dewi Yull merupakan perwakilan keluarga RM Tirto Adhi Soerjo. Ia adalah cicit dari pahlawan nasional sekaligus tokoh pers Tanah Air.
Yang unik dalam peresmian tersebut, para tamu yang hadir mengenakan busana khas priyayi, termasuk Bima Arya dan wakilnya Dedie A Rachim. Busana ini identik dengan RM Tirto Adhi Soerjo. Meski Tirto lahir dari kelas sosial dalam golongan bangsawan, namun selalu membela kepentingan rakyat Indonesia ketika itu.
BACA JUGA: Hari Pahlawan, Monumen TMP Dreded Diresmikan
“Kota Bogor hari ini bangga. Karena orang besar republik ini diabadikan menjadi nama jalan di Pusat Kota Bogor, tidak jauh dari markas teman-teman wartawan (Sekretariat PWI Kota Bogor). Insya Allah Kota Bogor sedang membangun city library dan city gallery. Di sana kita akan bangun pojok Tirto Adhi Soerjo. Satu pojok di mana anak-anak muda bisa belajar tentang jurnalisme kritis, tentang idealisme seorang wartawan, tentang kebangsaan dari RM Tirto Adhi Soerjo. Dan kita akan kembangkan bersama-sama,” ungkap Bima Arya.
Bima Arya mengatakan, Indonesia memiliki banyak orang-orang besar yang pemikiran dan peninggalannya sangat berpengaruh, namun terlupakan. “Karena keterbatasan catatan sejarah, atau karena politik dari rezim yang berkuasa, menjadi tidak terlalu dikenal dan minim pengetahuan bagi generasi muda,” jelas Bima Arya.
Dari sejarah yang Bima Arya baca dan dengar, RM Tirto Adhi Soerjo adalah sosok besar yang hebat, meninggalkan banyak sekali warisan berharga yang menentukan bagi perjalanan bangsa Indonesia.
BACA JUGA: Lima Calon Direktur PDJT Lolos Seleksi
“RM Tirto Adhi Soerjo bisa dikatakan sebagai sosok yang paling awal berpikir dan membayangkan tentang Indonesia. RM Tirto Adhi Soerjo adalah pendiri dari Sarekat Priyayi, pendiri Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi cikal bakal Sarekat Islam, yang menjadi cikal bakal gerakan nasionalisme yang melahirkan tidak saja tokoh-tokoh nasionalis, tapi tokoh-tokoh gerakan Islam pada masa-masa perjuangan mendirikan Indonesia,” ujar Bima.
Pahlawan nasional yang dimakamkan di TPU Blender, Tanah Sareal, Kota Bogor ini juga dikenal sebagai jurnalis yang sangat kritis dan selalu membela kepentingan warga pribumi ketika zaman penjajahan.
Ketika RM Tirto Adhi Soerjo wafat pada 1918, kata Bima, Bung Karno masih muda belia, berusia 17 tahun. “Jadi tidak salah kalau banyak sejarawan yang bahkan menempatkan RM Tirto Adhi Soerjo sebagai cikal bakal, sebagai pendahulu, sebagai orang yang memulai gerakan-gerakan kemerdekaan Indonesia,” kata Bima.
Bima Arya pun menyimpulkan 3 hal yang luar biasa dari sosok RM Tirto Adhi Soerjo. Yang pertama, kata Bima, RM Tirto Adhi Soerjo mengajarkan kepada kita ketika jurnalisme bisa menjadi senjata yang paling tajam untuk melawan ketidakadilan dan penjajahan.
BACA JUGA: Sudah Setahun, Raperda Transpakuan Terkatung-Katung
“Artinya, teman-teman jurnalis saat ini bisa menjadikan sosok Tirto sebagai legenda yang pemikirannya, keberaniannya selalu menginspirasi. Tidak takut pada kekuatan yang memaksa. Tidak tergoda pada uang atau kekayaan. Dan bahkan berani untuk mengorbankan kehidupan pribadinya,” imbuhnya.
Yang kedua, lanjutnya, RM Tirto Adhi Soerjo adalah seorang nasionalis. Jadi, kalau hari ini nasionalisme Indonesia diuji, ditarik ke kanan ke kiri, kita harus kembali lagi kepada pemikiran dan ajaran RM Tirto Adhi Soerjo. “Bahwa nasionalisme indonesia dipersatukan, bukan karena kesamaan agama, bukan karena kesamaan etnis saja, tapi sama nasib sebagai orang-orang yang terjajah dan terperintah,” jelasnya.
Yang ketiga, kata Bima, RM Tirto Adhi Soerjo mengingatkan kepada kita semua bahwa republik in dibangun, didirikan, dipikirkan, dibayangkan dan diperjuangkan oleh kaum terdidik. “Hari ini, kita sebagian besar dari kita mengenakan pakaian priyayi pada masa itu, kalangan menengah pada masa itu, kalangan terdidik pada masa itu. Yang rela untuk mengesampingkan materi atau kekuasaan, mengejar cita-citanya mendirikan Indonesia dan membela pribumi,” terangnya.
BACA JUGA: Siswa SDN 02 Ciampea Kenang Jasa Pahlawan dengan Tabur Bunga dan Doa
“Ini adalah peringatan bagi doktor, profesor, bagi kelas menengah di Indonesia hari ini supaya tidak asik sendiri, supaya tidak hanya memikirkan kampusnya saja, bisnisnya saja, keluarganya saja tapi kalangan terdidik Indonesia harus serius memikirkan selalu tentang Indonesia dan masa depan Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, sebagai cicit RM Tirto Adhi Soerjo, Dewi Yull mengaku bangga dan apresiasi kepada pemerintah Kota Bogor yang telah mengabadikan nama kakek buyutnya sebagai nama jalan.
“Saya mengucapkan terimakasih, karena sebagai pahlawan nasional, baru pertama kali di Indonesia nama RM Tirto Adhi Soerjo diabadikan sebagai nama jalan. Kebetulan beliau juga dimakamkan di Bogor, banyak berkiprah di Jawa Barat juga,” ungkap Dewi Yull.
BACA JUGA: Proyek UGB SMPN 3 Megamendung Diperkirakan Molor
“Buat kami keluarga bukan sekedar menerima penghargaan ini sesaat tapi ini akan menjadi energi bagi keluarga besar dan masyarakat bisa mengetahui jejak langkah RM Tirto sehingga tumbuh kecintaan, kebangsaan dan nasionalisme yang beliau sebarkan dan tebarkan melalui tulisan,” bebernya.
Dewi Yull juga mengatakan, sebelum mendapatkan gelar pahlawan pada 2006, Tirto Adhi Soerjo pernah mendapatkan gelar kehormatan sebagai perintis pers nasional pada tahun 70-an dari pemerintah Republik Indonesia. “Namun, kondisi pada saat itu seperti terlupakan. Sampai akhirnya Pramoedya Ananta Toer penulis novel membuka bagaimana karya-karyanya RM Tirto Adhi Soerjo dibukukan dalam ‘Bumi Manusia’. Dan sekarang Alhamdulillah berkat Pak Wali Kota Bogor Bima Arya juga dijadikan nama jalan,” pungkasnya.
**fredykristianto