Pandeglang | Jurnal Inspirasi
Untuk menggenjot produksi padi, Kabupaten Pandeglang Banten mengembangkan pola tanam empat kali dalam setahun atau IP 400, dilahan seluas 50 hektar di dua kecamatan yakni Kecamatan Carita dan Sukaresmi bersifat demfarm.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Budi S Januardi mengatakan, meski pengembangan IP400 merupakan hal baru bagi Kabupaten Pandeglang namun pihaknya menyambut baik program ini. Ia berharap program ini sukses dikembangkan dan berjalan lancar sehingga bisa menjadi percontohan bagi wilayah lain.
“Ini juga hal baru bagi petani, untuk merubah kebiasaan petani, perlu proses. Lahan harus benar – benar tidak bera, sehingga persiapan benih juga harus lebih awal, “ ucapnya, Selasa (11/05/2021).
Untuk mendukung suksesnya pengembangan IP 400 diwilayahnya Budi menyampaikan selain benih, kesiapan alsintan berupa traktor roda dua dan mesin pasca panen menjadi kebutuhan yang tak bisa dihindari. Pernah terjadi karena keterlambatan alsintan, lahan terlambat diolah dan terlambat pula bertanam.
“Harapannya ada dukungan tambahan alsintan roda dua karena lahannya terasering dan mesin pasca panen. Karena IP 400 segalanya harus cepat, sehingga tahapan – tahapannya nyambung satu sama lain, “ tuturnya.
Tantangan utama pengembangan IP 400 menurut Budi adalah terjadinya serangan hama. Tidak serempaknya masa tanam membuat hama berkumpul pada satu lokasi. Oleh karena itu pertanaman memerlukan perhatian lebih.
“Ketika sawah lain tidak ada pertanaman, perhatian OPT tertuju pada sawah yang ditanami. Untuk itu monitoring dilapangan baik oleh PPL maupun petugas OPT terus dilakukan, “ terangnya.
Pelaksanaan IP 400 lokasinya harus dipastikan tersedia sumber air. Karena lokasi di Kecamatan Sukaresmi sawah tadah hujan maka pengairan dipenuhi dengan melakukan pompanisasi dari sumber air terdekat.
Di Kecamatan Sukaresmi IP 400 di terapkan kelompok tani (Poktan) Tanjungsari Desa Pasirkadu. Ahmad Suryadi Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sukaresmi menyampaikan Pengembangan IP 400 tahun ini merupakan bagian dari kegiatan Gerakan Percepatan Olah dan Tanam (GPOT) tahun 2020 lalu. Pada April ini adalah musim tanam ke III.
“Kegiatan GPOT Tahun sebelum nya, seluas 25 hektar. MT I, di minggu I Oktober panen minggu ke IV Desember, MT II, tanam minggu I Januari, panen minggu I April. Dan ini masuk MT III, ditanam minggu ke II April, akan panen pada minggu ke II bulan Juli, MT IV “ urainya.
Lahan ini biasanya hanya ditanami padi dua kali dalam setahun. Menggunakan benih padi sangat genjah yakni Inpari 42 pada MT I dan II, serta varietas Padjajaran di MT III dan IV, pengembangan IP 400 ini memerlukan perlakuan khusus terutama pada MT III dan IV dengan pembibitan diluar sawah.
“Di MT III dan IV kita menggunakan dekomposer untuk menjaga kesuburan tanah dan mengurai /fiksasi unsur hara yang terendap, “ ungkap Ahmad.
Kata Ahmad hingga saat ini tanaman tumbuh baik tak ada gangguan hama penyakit tanaman. Perihal kekeringanpun masih bisa diatasi dengan pompanisasi. Pada saat panen IP400 pada MT I diperoleh hasil GKP 6,6 ton/ha dan MT II 6,8 ton/ha.
Sementara itu Eli Safitri Penyuluh BPP Kecamatan Carita menyampaikan, lahan IP 400 diwilayah ini akan memasuki masa panen pasca idul fitri.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) tidak mau main-main dalam menggenjot produktivitas pertanian.
“Sebagaimana arahan Bapak Presiden, kita harus menggunakan cara-cara baru dengan pendekatan teknologi dan memperluas skala cara bertani kita,” kata Mentan SYL.
“Mendukung hal itu. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyatakan pembangunan pertanian harus diawali dengan pembangunan SDM pertanian, yaitu petani, penyuluh, petani milenial, poktan, dan juga gapoktan. Peningkatakan kemampuan SDM pertanian bisa dilakukan di Kostratani melalui demplot atau sekolah lapang.
“Kostratani menjadi tempat petani belajar dan berkonsultasi sehingga produksi bisa meningkat. Penyuluh pun harus terus ke lapangan mendampingi petani,” tegasnya.
** Regi/PPMKP