Pecahkan Rekor Obama Dalam Perolehan Suara
Washington | Jurnal Inspirasi
Joe Biden calon presiden (capres) dari Partai Demokrat mendekati 270 suara Electoral College (Dewan Elektoral) untuk dapat melenggang ke Gedung Putih. Hingga Rabu (4/11) malam waktu setempat, atau Kamis (5/11) WIB, Biden memperoleh 264 electoral vote ( suara elektoral), sedangkan capres petahana Donald Trump memperoleh 214 suara elektoral dalam Pilpres AS 2020.
Dikutip dari Associated Press, Biden hanya butuh enam suara elektoral lagi untuk menjadi Presiden Amerika Serikat. Sampai saat ini, masih ada lima negara bagian yang masih belum rampung menghitung perolehan suara, salah satunya adalah negara bagian kunci Pennsylvania.
Biden juga telah mencetak rekor sebagai calon presiden yang memenangkan lebih banyak suara dari presiden lainnya di pemilihan presiden sepanjang sejarah AS. Biden memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Barack Obama. Hingga kini Biden telah memperoleh lebih dari 72 juta suara dalam pemilihan presiden 2020. Sementara Obama sebelumnya mendapatkan 69,4 juta suara.
Rekor yang dipecahkan Biden kemungkinan besar merupakan hasil dari partisipasi pemilih yang sangat tinggi tahun ini. AS pun mencatat jumlah pemilih terbesar bahkan dalam satu abad terakhir.
“Apa yang menyatukan kita sebagai orang Amerika jauh lebih kuat daripada apa pun yang dapat memisahkan kita,” ujar Biden kepada publik, didampingi pasangannya, Kamala Harris di negara bagian asalnya, Delaware dikutip dari Reuters.
Sementara sejak proses pemungutan suara yang berlangsung sebelumnya, Trump telah lama berusaha mengacaukan kredibilitas pemilu jika dia kalah. Pasalnya, Trump telah keliru dalam menyatakan kemenangannya dan menuduh Demokrat mencoba mencuri poin tanpa bukti yang jelas dan berjanji untuk menggugat hasilnya di pengadilan.
Trump sebelumnya juga telah mengeluarkan klaim kemenangan prematur dan mengatakan dia akan membawa pemilihan ke Mahkamah Agung untuk menghentikan penghitungan. Namun jika Biden berhasil memenangkan kemenangan di Arizona dan Nevada, di mana dia saat ini memimpin, dia akan mencapai angka ajaib 270 suara elektoral.
Publik AS menggarisbawahi, terlepas Trump pada akhirnya menang atau kalah, ia telah mempermasalahkan pemilihan karena mempertanyakan mesin demokrasi Amerika itu sendiri. Pandemi virus corona menyebabkan lonjakan dalam jumlah pemilih AS yang memilih untuk memberikan suara mereka lebih awal lewat pos, yang memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menghitung surat suara. Di beberapa negara bagian, penghitungan surat suara mungkin perlu waktu berhari-hari.
Apalgi ketika presiden Amerika Serikat sendiri – dari Gedung Putih – memperkeruh penghitungan suara. Trump telah mengatakan ia akan menolak untuk mengakui kekalahan jika ia kalah dalam pemilihan. Dalam beberapa pekan terakhir, ini telah menyebabkan perdebatan yang sangat tidak biasa mengenai apakah angkatan bersenjata, dinas rahasia atau polisi akan dipanggil untuk secara paksa menurunkan presiden AS yang dibarikade di dalam Gedung Putih.
Khawatir kerusuhan Persaingan ketat kini mengerucut pada segelintir negara bagian: Arizona, Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, dan Georgia. Setiap gugatan hukum harus melalui pengadilan negara bagian terlebih dahulu, sebelum diteruskan ke Mahkamah Agung. Artinya, hasil pemilihan presiden AS 2020 berpotensi perlu waktu berhari-hari untuk diketahui.
Sementara itu, ada kekhawatiran bahwa ketidakpastian hasil bisa menimbulkan keresahan dalam bentuk protes dan bentrokan. Bahkan saat hari pemilihan hampir berakhir, ada bentrokan dan ketegangan dalam protes yang diadakan di beberapa bagian negara, termasuk di depan Gedung Putih.
** ass