30.5 C
Bogor
Saturday, November 23, 2024

Buy now

spot_img

Banjir Masih Landa Bogor

Kolam Retensi Dianggap Bukan Solusi

Bogor | Jurnal Inspirasi

Hujan deras yang melanda wilayah Kota Bogor pada Sabtu (24/10) sore, mengakibatkan ratusan kepala keluarga (KK) di Kecamatan Bogor Utara terdampak bencana banjir. Jamal warga RT 2 RW 4 Kelurahan Cibuluh mengatakan, di wilayah tempat tinggalnya hujan deras mulai  turun sekitar pukul 17.30 WIB. Dan usai magrib air meluap kepemukiman warga hingga pukul 24.00 WIB.

“Air itu, mulai masuk rumah sekitar habis magrib, di rumah saya sekitar 50 centimeter, kalau yang didekat danau ketinggiannya satu meter lebih,” kata Jamal sambil membersihkan lumpur sisa banjir di rumahnya, Minggu (25/10).

Menurut Jamal, kolam retensi yang dibangun pemerintah dan digadang-gadang sebagai solusi banjir itu ternyata salah, karena justru setelah kolam dibangun kolam retensi, banjir yang biasa dialaminya malah semakin parah. “Kolam retensi itu bukan solusi, tapi justru menjadi petaka bagi kami,” ucapnya.

Terjadinya banjir semakin parah itu lanjut Jamal, karena lokasi kali dan pemukiman lebih rendah dari danau yang dibangun pemerintah dua tahun lalu dan menghabiskan duit rakyat miliaran rupiah itu. “Sebelum ada danau, banjir gak pernah separah ini, air masuk ke rumah warga paling tinggi semata kaki, tapi sekarang sangat parah, banjir bisa semeter lebih,” ungkapnya.

Sementara ditempat berbeda, Jay warga RT 1, RW 5 Kelurahan Tanah Baru yang lokasinya satu aliran Kali Cibuluh, mulai terendam bajir sekitar Pukul 20.00 WIB. “Banjir disini akibat terjedi penyumbatan air yang seharusnya  masuk ke kolam retensi. Air dari Ciluwar mentok di jembatan dan balik lagi ke sini. Disini di RT 1,3,4 dan 5 ada sekitar 100 rumah yang terendam,” jelasnya.

Dikonfirmasi Camat Bogor Utara, Marse Hendra Saputra mengaku, pihaknya dan jajaran terus berjibaku mengatasi warga yang terkena banjir. Menurutnya, di Ciluar terdapat sekitar 450 Kepala Keluarga (KK) dan di Cibuluh ada sekitar 60 KK yang terdampak bencana banjir. “Karena ini banjir lintasan jadi tidak lama dan secara umum rumah warga tetap bisa dihuni, hanya memang warga harus membersihkannya,” kata Marse saat dikonfirmasi melalui aplikasi WhatsAppnya.

Kata dia, di Bogor Utara terdapat 6 titik yang terkena musibah tersebut. Diantaranya, Tegal Gundil RW 16, Tanah baru RW 05, Tanah Baru RW 09, Cibuluh RW 05, Ciluar RW 04 dan Kedung Halang RW 09. “Dengan total KK yang terdampak mencapai 590 KK. Untuk rumah ada sekitar 550,” katanya.

Yang terparah, kata Marse, adalah Tegal Gundil RW 16, dimana ketinggian muka air mencapai 125 cm. “Yang paling parah di daerah itu. KK yang terdampak ada 80,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Marse, pihaknya terus berkoordinasi, agar kedepan pintu air Ciluar supaya dibuka sehingga air terbagi yang nantinya masuk ke wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Selain itu, ia mengaku bakal menyurati Dinas PUPR, agar segera dibangunkan tembok penahan air. “Hasil survei ada sekitar enam titik, saya akan surati Dinas PUPR supaya dibangunkan tembok penahan air,” jelas dia

Bahkan, ia pun akan memanggil beberapa kelurahan, yang wulayahnya dilalui kali, pemanggilan tersebut supaya para lurah mendata sejumlah bangunan yang berada dipinggir sungau

“Ini baru praduga, dari hasil pemantauan kami ada sekitar 60 bangunan yang memang dibangun dipinggir kali, jadi tidak jelas alas haknya, yang sebenarnya tidak boleh membangun apalagi digubakan untuk tempat tinggal,” jelasnya.

Untuk bangunan-bangunan liar yang berada dibibir kali lanjut dia, nantinya menjadi keputusan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogir apakah nanti dibongkar atau direlokasi. “Yang pasti saya akan tindak lanjuti dengan mengirimkan surat laporan ke Pak Walikota,” tandasnya.

Kejadian tersebut mendapat perhatian serius Anggota DPRD dari Fraksi PPP Akhmad Saepul Bakhri (ASV). Ia bersama tim langsung terjun ke lokasi untuk membantu warga dan memberikan bantuan sembako.

ASB juga mempertanyakan, fungsi kolam retensi yang dinilainya kurang matang secara perencanaan, sehingga menjadi penyebab utama terjadinya banjir.

“Setiap pembangunan harus melalui perencanaan yang matang, sehingga fungsi atau manfaat bangunan itu menjadi solusi, buka  sebaliknya. Kalau kolam retensi ini malah menjadi petaka bagi warga,” ungkapnya.

Terpisah, Wakil Walikota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan bahwa untuk menangani banjir di Bogor Utara tak cukup hanya dengan kolam retensi, melainkan mesti adanya normalisasi saluran dan kesadaran warga untuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat sampah.

“Karena tidak mungkin air limpahan itu tidak disiapkan saluran airnya. Saya minta wilayah terdampak memetakan apakah benar masih ada pengembang perumahan yg menutup saluran sehingga menimbulkan titik banjir di beberapa tempat. Bila ada pwlanggaran, akan ditindak,” tegas Dedie.

Ia menambahkan bahwa titik lainnya yang terkena bencana banjir parah adalah Griya Cimanggu, Kecamatan Tanah Sareal. Penyebabnya, sambung Dedie, lantaran PKL di Jalan KH. Sholeh Iskandar mendirikan bangunan diatas drainase. “Saat bangunan mereka roboh langsung menutup saluran air. “Idealnya tidak ada lagi orang mendirikan bangunan di sempadan sungai, saluran air dan irigasi.

“Ada 17 rumah yang terkena dampak. Dalam waktu dekat PKL Sholeh Iskandar akan kami bongkar. Mereka membuang sampahnya di saluran air, dan hal itu sudah sempat terjadi di Lawang Saketeng,” ucapnya.

** Fredy Kristianto

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles