Ciawi | Jurnal Inspirasi
Berkurangnya lahan pertanian tergerus pemukiman dan industry terus terjadi. Disaat yang sama petani didorong untuk terus meningkatkan produksi guna menangkal krisis pangan saat dan pasca pandemi corona. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi pola tumpangsari tanaman.
Tumpangsari adalah salah satu metode dalam dunia pertanian yang melibatkan atau memadukan dua atau lebih jenis tanaman dilahan yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan. Di Indonesia, sudah banyak petani yang menggunakan metode ini bahkan petani Indonesia sudah menggunakan metode Tumpang sari sejak sebelum Indonesia merdeka. Pada metode Tumpang sari, tanaman jenis sayur-sayuran yang biasanya menjadi objek tanamnya.
Emma Siskasari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor mengungkapkan pola tanam tumpangsari bisa memberi peluang petani dobel untung. Dengan menggunakan sistem bertani secara tumpang sari, petani bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal dengan lahan yang sempit. Karena dengan sistem ini, petani bisa panen berkali-kali dalam waktu yang dekat dengan jenis tanaman yang berbeda. Bertani dengan sistem tumpang sari bisa menghemat biaya pengolahan lahan, pemupukan dan hemat tenaga serta waktu.
“ Keuntungan dari hasil jual juga bisa didapatkan dengan lebih. Karena setiap tanaman nilai jualnya berbeda. Selain itu menekan resiko kerugian. Karena hasil jual setiap jenis tanaman saling menguntungkan. Pada tanaman perkebunan, hampir tidak membutuhkan pemupukan. Karena pupuk yang diberikan pada tanaman semusim juga bisa diserap oleh tanaman perkebunan, “ ujar Emma saat menjadi narasumber dalam siaran Radio Pertanian Ciawi (RPC), Selasa, (14/7).
Emma melanjutkan tanaman perkebunan tidak membutuhkan perawatan dengan menggunakan sistem tumpang sari. Karena dengan sistem perawatan ini petani bisa melakukan perawatan sekaligus untuk dua atau lebih jenis tanaman.
Menurut Emma pola tumpang sari dapat mengurangi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya, selain itu siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, dan menambah kesuburan tanah.
“ Misalnya dengan menanam tanaman yang mempunyai perakaran berbeda, contohnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakar dalam, maka tanah disekitarnya akan lebih gembur, “ ujarnya.
Kelebihan lain pola tumpangsari juga bisa menjadi salah satu mitigasi resiko terjadi kegagalan panen. Jika tanaman padi terserang hama, maka petani masih ada penyangganya dari tanaman lain. Walaupun tumpang sari, sudah biasa dilakukan petani tetapi terdapat beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu supaya hama yang menyerang tidak berfokus pada satu tanaman maka bagian tanaman yang dipanen harus sama.
Demikian juga dengan kebutuhan nutrisi tanaman. Tetapi kebutuhan unsur hara pada akar tanaman harus berbeda supaya tidak menghambat pertumbuhan tanaman. Hal lain yang tak kalah penting tajuk tanaman diusahakan berbeda untuk mengurangi resiko tanaman yang satu menutupi tanaman yang lain.
Yang perlu dicatat Emma menyampaikan tidak semua jenis tanaman bisa ditumpangsarikan. Umumnya, tanaman musiman saja yang bisa dimanfaatkan dalam sistem tumpang sari. Misalnya saja tomat dengan cabai, jagung dengan tomat jagung dengan kacang tanah atau jagung dengan kacang hijau.
“ Namun kenyataan di lapangan, petani bisa memadukan jenis tanaman sesuai dengan pengalaman petani. Misalnya memadukan ubi kayu dengan sereh atau bayam/kangkung dengan lengkuas, “ ujar Emma.
Untuk hasil yang memuaskan petani diajak untuk menggunakan varietas unggul, benih bersertifikat dan kenali dengan baik sifat tanaman yang akan ditanam, baik sifat, fisik tanaman, kebutuhan hara tanaman atau OPT yang biasa menyerang tanaman dan rutin melakukan pengamatan OPT untuk memperkecil resiko kehilangan hasil akibat serangan OPT.
“ Penting juga melakukan kerjasama dengan petani sekitar untuk memadukan tanaman yang saling menguntungkan, “ ucapnya. sebagian besar potensi kecamatan Ciseeng kata Emma, adalah palawija dan sayuran dataran rendah. Dan sebagian besar petani sudah menerapkan pola tumpangsari baik dihamparan maupun di pematang – pematang sawah.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) terus mendorong dan memacu jajaran di Kementan untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan mengoptimalkan penggunaan lahan. Tujuannya agar pangan Indonesia tetap aman dan terjaga melalui teknologi tumpang sari.
Senada dengan Mentan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertaniann (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menandaskan untuk memperkuat ketahanan pangan, pemanfaatan lahan dapat dioptimalkan dengan melakukan intercroping/tumpang sari.
Regi/PPMKP