Ciawi | Jurnal Inspirasi
Image Kota Jakarta yang gersang, dan penduduknya yang dianggap tak peduli lingkungan, menggugah Hendra Kurnia Harasjid untuk berbuat mengubah image tersebut. “Saya ingin merubah image pandangan orang tentang Jakarta yg di bilang kota gersang dan tidak ada ke pedulian,” ujarnya Jum’at (13/7).
Hendra Kurnia Harasjid adalah, Duta Pertanian Perkotaan DKI Jakarta tahun 2017. Hasrat merubah image tersebut muncul saat Ia masih menjadi karyawan sebuah perusahaan otomotif. Lantas Ia memulainya dengan menghijaukan rumahnya. Ia menanam di pekarangan rumah lalu bergeser bertanam diatas saluran air didepan rumahnya. Dari aktivitas kecil tersebut kemudian berkembang untuk juga menghijaukan lingkungan sekitar wilayahnya dan mulai memikirkan cara agar dengan lahan seadanya di Jakartapun orang bisa bertani.
Berbekal pertukaran informasi tentang bertani diperkotaan dari komunitas Belajar Bareng Hidroponik (BBHO) yang dibangunnya di jejaring social, Iapun melakukan pendekatan ke masyarakat untuk melakukan urban farming dengan terus memberi contoh dari tehnik semai, perawatan hingga panen. BBHO ini awal nya hanya kumpulan pegiat pertanian yg ada di social media yang ahkir nya sering mengadakan pertemuan dan seminar. Anggotanya komunitas umum dan kelompok tani seluruh Indonesia.
Cara pendekatan kepada warga sekitar yang dibangunnya berhasil meyakinkan warga bahwa mengkonsumsi hasil menanam sendiri terjamin keamanannya dan lingkungan menjadi lebih sehat. Bahkan belakangan aktivitas urban farming menjadi program unggulan RT dan RW untuk lingkungan berketahanan pangan tingkat kecamatan.
Urban farming yang diusungnya terus meluas dan membawa Jakarta lebih hijau dengan pertanian. Hendrapun menjadi pelopor dan champion awal urban farming di Jakarta yang mengundang banyak masyarakat berkunjung untuk belajar. Hal inilah yang kemudian membuat KPKP meliriknya sebagai penyuluh swadaya dan hal ini pula yang mendasarinya mendirikan Pusat pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) diberi nama Harmani (harapan masyarakat Cikini) di Menteng Jakarta Pusat.
P4S Harmani yang dikelolanyapun giat melakukan sejumlah edukasi, seperti penyuluhan pertanian, pelatihan urban farming, menerima kunjungan, , Praktek Kerja Lapangan anak sekolah SMK, magang skripsi mahasiswa, serta kunjungan masyarakat umum. Dan secara rutin pula P4S ini mendapat kunjungan mahasiswa dunia yang tergabung dalam AIESEC. AIESEC merupakan organisasi yang dikelola pemuda terbesar di dunia yang berbasis di 126 negara.
Hendrai kini tengah mengembangkan bertanam sayuran dan kebun tanaman hias di bawah rel kereta api perbatasan antara kelurahan Cikini dan kelurahan Gondangdia kecamatan Menteng. Berkolaborasi dengan RW setempat, kebun tanaman hias dijadikannya pusat bermain. “Untuk tanaman sayuran masih dalam pengembangan masih bertahap belum maksimal. Tanaman sayuran baru tiga rak hydroponik, dan mau mengembangkan aquaponik. Kalo kebun tanaman hias nya sudah bagus dan sudah jadi pusat bermain.,” terangnya.
Saat ini tidak hanya pekarangan tetapi Iapun menyulap atap rumah (roof top) menjadi kebun atap, pagar rumah menjadi taman vertikal. Lahan yang terletak di lantai tiga kediamannya seluas 7 x 15 meter persegi berubah jadi kebun. Beberapa jenis tanaman sayur seperti, lettuce (selada) , red lettuce, kangkung, bayam kemangi dan kale ditanam dengan sistem hidroponik, aquaponik dan vertiminaponik dan konvensional.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghimbau agar lahan-lahan kosong tidak dibiarkan sehingga tidak produktif sebagai sumber pangan. Ia mengajak agar masyarakat mengembangkan lahan sebagai sumber pangan untuk penopang ketahanan pangan.
Mengenai ketahanan pangan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyampaikan ketahanan pangan bukan saja tentang kecukupan bahan pangan, namun juga menyangkut kemampuan memproduksi sendiri bahan pangan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada diantaranya pemanfaatan pekarangan.
RG/PPMKP