Bogor | Jurnal Inspirasi
Puluhan lapak liar di kawasan Pasar Kebon Kembang ditutup paksa oleh petugas gabungan yang terdiri dari Satpol PP, TNI, Polri, Dishub dan Perumda Pasar Pakuan Jaya pada Senin (18/5). Penutupan tersebut merupakan buntut dari ditemukannya empat orang yang reaktif Covid-19 saat rapid test digelar di lokasi itu.
Walikota Bogor Bima Arya memimpin jalannya penertiban pasar dalam rangka penerapan PSBB di Pasar Kebon Kembang. Tampak dalam penertiban tersebut Danrem 061/Suryakancana Brigjen TNI Agus Subiyanto, Dandim 0606/Kota Bogor Kolonel Arm Teguh Cahyadi, Kapolresta Bogor Kota Kombes Hendri Fiuser, Dandenpom III/1 Bogor Letkol Cpm Sugiarto, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim, Danyonif 315/Garuda Mayor Inf Aryo Priyoutomo Sudono dan Sekda Kota Bogor Ade Sarip Hidayat.
“Titik yang paling rawan di masa PSBB ini adalah pasar, ditambah lagi menjelang Lebaran. Kita amati ada arus warga yang datang berbondong-bondong belanja bukan kebutuhan pokok. Karena itu saya koordinasikan dengan Forkopimda, Alhamdulillah didukung penuh Pak Danrem, Pak Dandim, Pak Kapolres, Pak Dandenpom, bahkan Komandan Batalyon 315,” ujar Bima.
Ia menambahkan, pihaknya akan mendirikan posko gabungan di kawasan Pasar Kebon Kembang untuk memantau jalannya penerapan PSBB dan memastikan lapak liar di luar yang dikecualikan atau non-pangan untuk tidak menggelar dagangannya.
“Kita akan membuat posko bersama di sini, sampai pasca Lebaran nanti untuk memastikan kios-kios liar terutama non pangan ini tetap tutup supaya kerumanannya kita bisa cairkan. Bagi pelanggar akan berlaku sanksi dari PSBB baik Perwali maupun pidananya apabila melawan petugas,” jelasnya.
Dalam kegiatan sebelumnya, Bima Arya mengecek secara acak warga yang berbelanja di pasar. “Yang KTP Kota Bogor kita cek ke dalam sistem Salur. Jadi, dengan memasukan NIK akan terlihat apakah warga ini penerima bantuan atau tidak. Cukup banyak mereka yang belanja ini rupanya bukan belanja bahan pokok tapi baju lebaran dan ternyata mereka penerima bantuan,” ungkap Bima.
Menurut Bima, ada berapa kemungkinan hal tersebut bisa terjadi. “Pertama, mungkin ini masuk kategori bantuan yang salah sasaran karena pendataan yang tidak akurat sehingga sampai kepada orang yang bukan membutuhkan. Kedua, kriterianya sudah tepat tapi digunakan tidak dengan semestinya, digunakan untuk konsumtif, bukan kebutuhan pokok,” katanya.
Untuk itu, Bima Arya akan mengevaluasi lagi data-data yang ada dengan melakukan verifikasi faktual. “Kita sisir lagi agar tahap berikutnya lebih tepat lagi. Cukup memprihatinkan. Kita imbau agar semua prihatin memasuki Lebaran ini kan banyak warga juga yang tidak bisa makan, masa masih tega berbelanja dan berjalan-jalan,” pungkasnya.
n Fredy Kristianto