23.6 C
Bogor
Thursday, March 28, 2024

Buy now

spot_img

Oknum Brimob Diringkus Jual Senjata ke OPM

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Satuan Tugas Pengamanan Daerah Rawan Korps Pasukan Khas alias Korpaskhas TNI Angkatan Udara dan Satuan Tugas Mandala meringkus anggota Satuan Korps Brigade Mobile (Mobile) saat diduga kuat akan menjual senjata api kepada kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam siaran pers Korpaskhas TNI AU, Senin (26/10), anggota Satuan Gegana Brimob Polri itu berinisial Bripka JH.

Oknum anggota Brimob itu diringkus beberapa saat setelah tiba di Bandara Udara Nabire, Papua pada 21 Oktober 2020. Menurut Komandan Pos Paskhas Pos Nabire, Kapten Pas Supriyadi, penangkapan berawal dari informasi yang diterimanya dan pasukan tentang kedatangan pesawat ditumpangi Bripka JH dan seorang pelaku lainnya.

Lalu keluar perintah dari Komandan Satgas Paskhas Pamrawas Papua, Letnan Kolonel Pas Y Made Suarsosno untuk memperketat penjagaan di seluruh lini Bandara Nabire. Ketika itu suasana di bandara benar-benar tegang, sampai akhirnya pada sekitar pukul 12:16 WIT, pesawat yang ditumpangi Bripka JH mendarat di UPBU kelas II Doue Aturure. Penindakan pun langsung dilakukan Paskhas bersama tim Satgas Mandala gabungan TNI dan Polri meringkus Bripka JH.

Setelah itu pada pukul 14:40 WIT, senjata api yang dibawa Bripka dicek Avsec Bandara bersama Satgas Paskhas dan Satgas Mandala. Saat ditemukan 2 pucuk senjata api laras panjang jenis M16 dan M4 beserta 2 magasin tanpa peluru.

Usai diringkus tanpa perlawanan, pemeriksaan dilakukan selama beberapa jam, setelah itu tim Satgas Mandala menggelandang Bripka JH dan satu pelaku lainnya ke Polres Nabire. Untuk diketahui, sebelumnya Kepala Polda Papua, Irjen Paulus Waterpauw sudah memberikan beberapa keterangan termasuk dugaan bahwa senjata akan dipasok ke kelompok OPM. Bahkan, dari penyelidikan sementara Bripka JH sudah lebih lima kali menjual senjata ke OPM basis Intan Jaya.

Yang tak kalah mengejutkan dua pucuk senjata api yang diduga akan dijual ke kelompok OPM itu ternyata senjata perang asal Amerika Serikat, dengan jenis Carbine M4 dan M16. Perlu diketahui, Carbine M4 masuk dalam jenis senjata serbu ringan. Senjata ini pertama kali diproduksi pada 1983. Ada beberapa pabrikan yang memproduksi senjata yang telah dipakai di sejumlah peperangan besar dunia. Namun, Colt’s Manufacturing Company disebutkan menjadi pihak pertama yang memproduksi senjata mematikan ini.

Carbine M4 sempat menjadi salah satu senjata andalan militer Amerika Serikat, M4 menjadi senjata utama Angkatan Darat dan Korps Marinir Amerika. Amerika telah memakai M4 untuk operasi militer dalam beberapa medan perang mulai dari Perang Kosovo, Perang Afganistan, Perang Irak hingga Konflik Kolombia

Karena lebih enteng senjata ini digemari untuk pertempuran jarak dekat, terutama bagi pasukan. Malah jadi andalan bagi pasukan khusus Paman Sam, United States Special Operations Command (USSOCOM).

Tercatat ada beberapa negara yang menggunakan M4 untuk operasi khusus, seperti Special Air Service Regiment (SASR) Australia, Pasukan Gerakan Khas Polis Diraja Malaysia, dan Detasemen 88 Anti-teror Polri.

Sementara itu, senjata M16 bisa disebut sebagai kakak dari M4, sebab senjata serbu ini diproduksi Colt lebih dahulu ketimbang M4. M16 mulai diproduksi sejak tahun 1960, dan sampai saat ini diperkirakan sudah 8 juta pucuk lebih M16 beredar di dunia.

M16 sangat berbahaya, sebab menggunakan peluru dengan kaliber 5,56 milimeter yang dapat menciptakan daya melukai sangat besar. Amerika menjadi M16 sebagai senjata utama dalam Perang Vietnam. Selain Amerika, senjata itu dipakai oleh 18 negara anggota NATO dan 80 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Kembali lagi ke Papua, sejauh ini dari penyelidikan sementara, sudah lebih lima kali anggota Brimob itu menjual senjata api kepada kelompok OPM, terutama yang berbasis di Kabupaten Intan Jaya.

Terkait kasus ini, berdasarkan catatan dari Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, penyerangan OPM paling gencar memang terjadi di wilayah Intan Jaya. Sejak Mei 2020, sudah 2 prajurit TNI gugur akibat serangan brutal OPM di Intan Jaya, dan empat warga sipil tewas.

Penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan COVID-19 yakni Almanek Bagau (luka tembak) dan Heniko Somau (tewas di tempat) pada Jumat 22 Mei 2020 di Distrik Wandai, Intan Jaya; penembakan petani bernama Yunus Sani (tewas) pada Jumat 29 Mei 2020 di Kampung Magataga, Distrik Wandai, Intan Jaya; penembakan warga bernama Laode Zainudin (luka tembak) pada Sabtu 15 Agustus 2020 di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Intan Jaya; penembakan 2 warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Laode Anas (kemudian meninggal dunia) dan Fatur Rahman (luka tembak) pada Senin 14 September di Distrik Sugapa, Intan Jaya.

Selanjutnya, pembunuhan warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Badawi (tewas di tempat) dan penembakan anggota TNI bernama Serka Sahlan (tewas di tempat) pada Kamis 17 September 2020 di Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Intan Jaya; penyerangan Koramil Persiapan Hitadipa, Distrik Sugapa, Intan Jaya pada Sabtu 19 September 2020 yang menewaskan anggota TNI bernama Pratu Dwi Akbar Utomo; penembakan Pendeta Yeremia Zanambani (kemudian meninggal dunia) pada Sabtu sore 19 September 2020 Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Intan Jaya.

** ass

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles