26.6 C
Bogor
Saturday, April 20, 2024

Buy now

spot_img

KNPI Kecam Pungli di Pasar Cikereteg

Caringin|Jurnal Inspirasi

Mulyadi

Adanya pungutan uang daftar bagi para pedagang musiman yang berjualan di Pasar Cikereteg, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, menuai kecaman dari sejumlah tokoh pemuda. Salah satunya dari tokoh pemuda KNPI Kecamatan Caringin, Mulyadi.

Mulyadi yang akrab disapa Damuy mengatakan, biaya pendaftaran yang diminta pengelola pasar terhadap pedagang musiman, termasuk kedalam kategori pungutan liar (Pungli) dan harus diberikan tindakan tegas. “Ini tidak boleh dibiarkan, jajaran direksi PD Pasar Tohaga harus mengambil tindakan tegas kepada oknum pengelola Pasar Cikereteg,” ujarnya kepada wartawan.

Meski dalam pengakuan Kepala Unit Pasar Cikereteg, keberadaan para pedagang musiman bagian dari potensi selama bulan ramadan sesuai instruksi PD Pasar Tohaga, Damuy sangat menyayangkan sikap pengelola pasar yang mengizinkan para pedagang musiman itu mangkal dan berjualan di lokasi bukan tempatnya, yakni di pintu masuk pasar.

“Apa tidak mengganggu pengunjung pasar. Belum lagi kendaraan yang keluar masuk pasar, pastinya arus lalulintas menjadi terhambat,” papar Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik di KNPI Kabupaten Bogor itu.

Harusnya, pihak pengelola pasar mengkaji lebih dalam saat memberikan izin berjualan kepada para pedagang musiman, terutama penempatan tempat berjualan mereka.  “Jangan karena uang 300 ribu, pedagang musiman itu berjualan dimana saja semaunya,” jelas Damuy.

Dari pungli terhadap pedagang musiman ini, Damuy menyakini adanya pungutan yang sama terhadap para pedagang kaki lima (PKL) yang berada persis didepan Pasar Cikereteg. Sebab, keberadaan PKL yang berada di bahu Jalan Cikereteg, semakin marak dan terkesan ada pembiaran.

“Kalau tidak ada pungutan, mana mungkin para PKL berani membuka lapaknya depan pasar dan bahu jalan,” imbuhnya.

Banyaknya PKL di lokasi Pasar Cikereteg, baik di pintu masuk maupun didepan pasar, menjadi biang kemacetan arus lalulintas di jalan yang menghubungkan ke wilayah Ciawi hingga Puncak Cisarua. “Bagaimana tidak macet, tempat berjualannya saja berada di bahu jalan. Anehnya, tidak ada penertiban sama sekali, walaupun sudah jelas melanggar,” tukas Latif, warga Desa Ciderum.

** Dede Suhendar

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles